Rabu, 24 April 2013

Bermain Merupakan Cara Belajar Anak





Apa yang tercipta dalam benak kita ketika muncul kata bermain. Suasana yang rileks, menyenangkan, seru, tidak membosankan apalagi menekan. Begitulah anak-anak. Otaknya, tubuhnya, hatinya membutuhkan sesuatu yang rileks, menyenangkan, tidak membosankan apalagi menekan. Kondisi-kondisi seperti itulah yang membuat jiwa mereka tumbuh baik dan sempurna. Ibarat benih, bermain adalah pupuk terbaik untuk menyuburkan dan menumbuhkannya. Seorang petani yang baik tentu paham betul mana pupuk yang baik dan mana yang buruk.

Bermain tentu saja ada tingkatannya tergantung pertumbuhan dan usia anak. Seorang anak yang baru bisa berjalan tentu bosan jika diminta duduk, karena berjalan adalah permainan baru yang menyenangkan. Begitu juga seorang anak yang baru bisa duduk tentu keberatan jika diminta berjalan. Perkembangannya belum sampai ke arah sana. Permainan anak usia dua tahun tentu berbeda dengan anak usia lima tahun, dimana pertumbuhan fisik dan otak mereka berbeda jauh. Yang jelas, kunci dari permainan adalah membuat anak senang, gembira, tertantang serta pertumbuhan mereka tercukupi. 

Setiap orang memiliki fase belajarnya masing-masing. Fase belajar anak adalah bermain. Kebanyakan kita menyimpulkan belajar adalah memegang alat tulis, membaca, menulis dan semacanya. Padahal hal tersebut tidak sepenuhnya berlaku bagi anak. Senyampang hal tersebut tidak menyenangkan bagi anak, maka mereka seseungguhnya tidak belajar. Dan senyampang bermain yang tidak ada sangkut pautnya dengan menulis, membaca adalah menyenangkan, maka pada dasarnya anak-anak telah belajar. Bermain menjadi sangat penting bagi anak-anak selain sebagai media belajar juga media untuk menyalurkan emosi dan ekspresi anak-anak. Jika anak-anak telah puas dengan fase bermain, maka mereka akan sampai pada fase belajar yang tidak melulu bermain. Benar-benar serius dan tekun. Mereka sudah tidak dirisaukan lagi dengan kebutuhan bermain karena sudah terpenuhi pada fasenya sendiri. Nah, apa yang terjadi jika Anda mensabotase fase bermainnya untuk belajar yang serius dan membuat mereka bosan. Bisa jadi saat dewasa kelak dimana butuh keseriusan, mereka akan memilih bermain-main daripada serius. Nah, biarkan putra-putri Anda tumbuh dengan bermain yang sehat dan mensupport pertumbuhan mereka tentunya.

bermain kelereng
engklek atau sundamanda
ular naga
Best Regards,
~asna rosela~

Banyumas, 19 maret 2013; 01:20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar